
Bersama ini kami sampaikan informasi Tentang Perempuan di Teknologi: Beasiswa Basic Course Coding & UI/UX untuk Masa Depan Cerah Sebagai berikut:
Perempuan Inovasi berkolaborasi dengan Pertamina dan Astra memberikan beasiswa Basic Course Coding dan UI/UX untuk 14.489 peserta perempuan dan 40 perempuan terpilih pada 2024. Mereka mendapatkan beasiswa Bootcamp Full Stack Web Development dan UI/UX Design.
Dari 40 perempuan terdapat 5 perempuan yang berasal dari luar pulau Jawa. Di antaranya terdapat Chamidatun Insyaroah dari Jawa Tengah dan Khusnul Fitriani dari Kalimantan Selatan yang menerima beasiswa dan berasal dari daerah terpencil.
Chamidatun Insyaroah sebelumnya bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga. Ketika menemukan informasi tentang Perempuan Inovasi melalui Instagram, meski belum pernah mengoperasikan laptop, ia berani mendaftar karena teringat akan impiannya mendapatkan beasiswa untuk terus belajar. Dukungan Astra yang membawa Chamidatun bisa mengikuti Bootcamp UI/UX Design dari Perempuan Inovasi.
Bersama timnya, ia menciptakan SAIA, sebuah aplikasi jual beli berbasis fitur card matching, yang mempertemukan UMKM perempuan di sektor kerajinan tangan dan kuliner dengan pelanggan yang memiliki permintaan khusus. Inovasi ini mendapatkan People’s Choice Award dalam Demo Day, sebuah ajang presentasi hasil karya peserta beasiswa di hadapan mentor, juri industri, dan pemangku kepentingan.
“Aku tadinya mencari yayasan penyalur babysitter karena memang perempuan di sini setelah lulus SMA banyak yang kerja buruh pabrik atau Pekerja Rumah Tangga. Tapi ternyata aku bertemu Yayasan Dian Sastrowardoyo yang bukan yayasan penyalur tapi memberikan beasiswa Perempuan Inovasi hasil kolaborasi dengan Markoding dan Magnifique Indonesia. Aku dari dulu ingin dapat beasiswa, jadi aku mencoba daftar,” terang Chamidatun.
Sementara itu, Khusnul Fitriani yang berasal dari Kait Kait, Tanah Laut, Kalimantan Selatan juga menghadapi tantangan serupa. Di tempat tinggalnya, pernikahan dini masih menjadi hal yang lumrah, sehingga hanya sedikit perempuan yang bisa melanjutkan pendidikan tinggi.
Profesi utama di Kait Kait pun mayoritas petani, sehingga butuh keberanian untuk dapat melanjutkan pendidikan tinggi. “Kalau keluargaku petani nggak berarti aku harus jadi petani. Aku mau kasih pembeda di keluargaku,” ujar Khusnul.
Keberanian itu lah yang membawa Khusnul menjadi salah satu perempuan yang berhasil merantau dan menyelesaikan pendidikan hingga S-1 di bidang Teknik Industri. Namun untuk mendapatkan pekerjaan, ia perlu memiliki keterampilan lebih dari apa yang dipelajari di kuliah.
Dorongan itu menggerakkan Khusnul untuk mendaftar Beasiswa Perempuan Inovasi dan akhirnya lolos mengikuti Bootcamp UI/UX Design berkat dukungan Pertamina. Bersama timnya ASIH, sebuah aplikasi yang berfokus pada pencegahan stunting bagi ibu dan anak pun tercipta.
ASIH memiliki fitur pencatatan tumbuh kembang anak, pencarian resep sesuai anggaran dan bahan makanan yang tersedia, serta AsihAI, yang dapat menganalisis bahan makanan di rumah untuk memberikan rekomendasi resep bernutrisi.
Perempuan Inovasi lahir dari visi untuk membekali, menggali, dan meningkatkan potensi perempuan Indonesia di bidang teknologi. Program ini diinisiasi oleh Markoding (Yayasan Daya Kreasi Anak Bangsa), Yayasan Dian Sastrowardoyo, dan Magnifique Indonesia dengan misi menciptakan generasi perempuan yang berdaya, berinovasi, dan berdampak bagi bangsa.
“Dukungan dari Pertamina dan Astra memungkinkan kami memperluas jangkauan program ini. Dengan kolaborasi yang kuat, kami berupaya menciptakan ekosistem yang mendukung perempuan untuk berkarir di industri teknologi dan inovasi,” ujar Founder Perempuan Inovasi, Amanda Simandjuntak.
Pertamina dan Astra menunjukkan komitmennya dalam mendorong kesetaraan akses pendidikan teknologi bagi perempuan di Indonesia melalui dukungan terhadap program Perempuan Inovasi. Sebagai mitra strategis, kedua perusahaan ini berperan aktif dalam membuka lebih banyak peluang bagi perempuan untuk mengembangkan keterampilan digital yang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Daya saing digital Indonesia secara konsisten mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir. Secara data, Skor East Ventures–Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2024 meningkat sebesar 45,5 persen dari 27,9 (2020) menjadi 38,1.
Meskipun skor keseluruhan meningkat, kesenjangan masih menjadi tantangan dengan kenaikan standar deviasi dari 9,5 pada 2023 menjadi 10,6 pada 2024. Penyebab disparitas yang semakin lebar terletak pada pilar Penggunaan TIK, Pengeluaran untuk TIK, dan Perekonomian.
Sehingga kemudahan kita mengakses internet, penggunaan ponsel dan komputer, serta kemampuan berliterasi digital masih menjadi hal asing di berbagai provinsi Indonesia. Dari 10 provinsi dengan nilai indeks tertinggi, 6 berasal dari Pulau Jawa.
Bahkan Jawa Tengah pun mengalami penurunan performa yang paling signifikan. Perempuan Inovasi yang terlahir untuk meningkatkan partisipasi perempuan Indonesia di bidang teknologi berkomitmen mengambil peran untuk meningkatkan daya saing digital ini.
Khususnya dalam peningkatan jumlah tenaga sektor terkait digitalisasi dan memprioritaskan perempuan-perempuan luar pulau Jawa.
Demikian kami sampaikan informasi Perempuan di Teknologi: Beasiswa Basic Course Coding & UI/UX untuk Masa Depan Cerah semoga bermanfaat.
Anda Ingin Melakukan Polling, Silahkan di PollingKita.com