Bersama ini kami sampaikan informasi Tentang Tunggak SPP, Siswa SD Anak Tukang Bangunan Dipaksa Belajar di Lantai Sebagai berikut:
Siswa kelas 4 SD swasta di Jalan STM, Kota Medan, M dihukum wali kelasnya belajar di atas lantai. Mahesa disuruh melakukan itu karena menunggak pembayaran uang sekolah atau SPP selama tiga bulan.
Orang tua M, Kamelia (38), menceritakan kronologi kejadian yang dialami oleh anaknya. Menurutnya peristiwa itu terjadi pada Rabu (8/1). Anaknya sendiri ternyata telah duduk selama 3 hari di lantai.
“Di hari Rabu, tanggal 6 (Januari) masuk sekolah kan, jadi sekitar 3 hari itu dia memang duduknya di lantai tanpa sepengetahuan saya,” kata Kamelia kepada detikSumut, Jumat (10/1/2025).
Kamelia menyebutkan wali kelas membuat peraturan jika siswa yang belum mengambil raport tidak boleh mengikuti kegiatan belajar mengajar.
“Jadi gini ceritanya, saya memang belum melunasi uang SPP awalnya, tapi wali kelasnya itu kan membuat peraturan kalau sudah terima raport baru muridnya bisa mengikuti pelajaran,” sebutnya.
Peraturan itu kemudian diketahui dibuat sendiri oleh wali kelas tanpa sepengetahuan kepala sekolah. Anak Kamelia sendiri belum bisa mengambil raport karena masih menunggak uang sekolah selama 3 bulan.
Kamelia mengaku sudah berkomunikasi dengan wali kelas jika dia belum bisa datang ke sekolah. Dirinya berniat menjual handphonenya agar bisa melunasi uang sekolah kedua anaknya di sekolah itu. Anaknya yang 1 lagi disebut tidak mendapat perlakuan seperti itu meskipun belum membayar uang sekolah.
“Saya sudah koordinasi hari Selasa nya, saya bilang Ibu izin saya belum bisa datang, itu rencana kemarin saya mau sempat jual HP untuk bayar uang sekolah biar (anak) dapat raport,” ucapnya.
Dia mengaku mengetahui jika anaknya duduk di lantai berawal dari anaknya yang tidak mau berangkat ke sekolah pada Rabu (8/1) pagi. Saat itu, Kamelia meminta agar anaknya pergi duluan dan akan menyusul untuk membayar uang sekolah.
Anaknya kemudian menceritakan jika dia malu duduk di lantai beberapa hari ini karena belum mengambil raport. Dari situlah kemudian Kamelia datang ke sekolah.
“Terus anak saya bilang gini ‘jangan lah Mak, ayolah datang ke sekolah, Mahesa malu lo Mak asyik duduk di semen aja, dari pertama masuk,” ujarnya.
Kamelia kemudian menghubungi wali kelas anaknya untuk memastikan informasi dari anaknya. Wali kelas membenarkan hal itu dan ngotot jika aturannya anak tidak bisa mengungkapkan pelajaran jika tidak mengambil raport.
Mengetahui hal itu, Kamelia kemudian datang ke sekolah dan melihat langsung anaknya duduk di lantai saat belajar. Kamelia mengaku miris saat melihat ankanya duduk di lantai.
“Miris hati saya, kok kecewa kali, saya kan dari awal sudah izin, kenapa didudukkan di semen juga,” ungkapnya.
Setelah sempat mempertanyakan soal anaknya duduk di lantai, Kamelia kemudian diajak ke kantor. Wali kelas disebut tetap kekeh dengan sikapnya, padahal kepala sekolah mengatakan tidak ada membuat aturan seperti itu.
“Memang dia kekeh, dia (wali kelas) bilang ‘saya sudah suruh keluar tapi dia (siswa) nggak mau’, saya tanya kepsek apakah itu peraturan dari sekolah, kepsek bilang ‘peraturan itu nggak ada saya buat’,” sebutnya.
Kamelia mengaku sudah memohon, apalagi dirinya saat itu sedang sakit. Suami Kamelia sendiri bekerja sebagai tukang bangunan.
Uang sekolah anaknya di SD itu sebesar Rp 60 ribu per bulan. Kedua ananya yang sekolah di SD itu sama-sama menunggak uang sekolah selama 3 bulan.
“Kalau dia kan dari kelas 1 itu Rp 60 ribu, tidak ada naik sampai sekarang Rp 60 ribu, mereka kan ini berdua abang beradik, si adik lah satu, tiga bulan lah uang SPP mereka belum dibayar,” ucapnya.
Kepala sekolah dan sejumlah guru disebut sudah meminta maaf atas kejadian itu dengan mendatangi rumah Kamelia. Namun, wali kelas tersebut hingga saat ini tidak ada menghubungi apalagi meminta maaf.
“Tadi guru-gurunya datang ke rumah untuk minta maaf, memang kepala sekolah saat di sekolah sudah meminta maaf, saya sebenarnya ingin wali kelasnya meminta maaf tapi sampai detik ini wali kelasnya tidak ada menghubungi padahal waktu di sekolah saya sampai pingsan-pingsan saya karena shock,” ujarnya.
Kamelia yang merupakan ibu rumah tangga dan juga relawan sosial ini mengaku jika temannya sudah datang ke rumah. Teman relawannya berencana mencari bantuan agar bisa membayar uang sekolah anaknya.
“Tadi ada juga relawan yang datang, dia nanya juga berapa uang sekolah, cuma kita bayarkan ke sekolahnya kalau apa nanti kalau ada dapat bantuan, biarlah sampai setahun atau 2 tahun, biar nggak bayar,” tutupnya.
Kepala Sekolah, Juli Sari, buka suara soal peristiwa yang terjadi di sekolahnya. Dia mengaku tidak ada aturan sekolah untuk menghukum murid belajar di lantai karena menunggak uang sekolah.
“Itu sebenarnya nggak ada peraturan sekolah, miskomunikasi saja sebenarnya. Anak itu kan tidak menerima rapor waktu pengambilan raport dikarenakan dia belum lunas uang SPP,” katanya.
Meskipun demikian, Juli mengatakan tidak masalah jika siswa itu belum membayar uang sekolahnya. Namun wali kelas tersebut membuat peraturan sendiri jika tidak boleh mengikuti pelajaran jika tidak mengambil rapor.
“Tapi itu tidak menjadi permasalahan dari sekolah sebenarnya, rupanya wali kelasnya membuat peraturan sendiri di kelasnya, bahwasanya kalau anak tidak mengambil rapor tidak dibolehkan mengikuti pelajaran, buat peraturan itu tanpa kompromi dulu dengan sekolah,” ucapnya.
Juli menyebutkan jika dia telah meminta maaf kepada orang tua siswa atas peristiwa itu di hari kejadian. Menurutnya, masalah itu sudah diselesaikan dan anak tersebut tetap sekolah usai kejadian.
“Ada (kepsek panggil wali kelas), kan kejadian itu orang tuanya (siswa) kan nangis-nangis, kami bawa ke kantor kami tanya kronologinya, udah kami selesaikan hari itu juga, saya sebagai kepala sekolah sebagai pihak dari wali kelas memohon maaf sama orang tuanya, anak itu tetap sekolah sampai sekarang tetap sekolah di sekolah” ujarnya.
Pihak sekolah telah mengadakan rapat hari ini untuk membahas permasalahan itu. Wali kelas tersebut juga telah diberikan peringatan.
“Kami tadi sudah rapat sama guru-guru dan koordinator yayasan, sudah diperingatin, sudah ada tertulisnya, nanti insyaallah Senin kami juga ada rapat lagi dengan Ketua Yayasan, Bendahara Yayasan,” sebutnya.
Selain itu, pihak yayasan akan mengadakan rapat lagi pada Senin (13/1). Nantinya akan disampaikan terkait hasil rapat tersebut.
“Itu (pemecatan) keputusan dari yayasan, saya tidak berani membilang iya atau tidak karena kan nanti Senin kami rapat lagi, bicara lagi gimana keputusannya yang baik untuk sekolah dan untuk ibu itu,” tutupnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Medan Benny Sinomba Siregar sudah mengetahui peristiwa siswa SD yang disuruh belajar di atas lantai. Dia mengaku akan melakukan klarifikasi kepada guru yang melakukan itu.
“Nanti kami dari Dinas Pendidikan menindaklanjuti setelah kami klarifikasi ke yang bersangkutan,” katanya.
Pihaknya bakal menyampaikan hasil klarifikasi tersebut nantinya. Benny belum menanggapi banyak soal peristiwa itu. “Ya lagi kami proses juga, nanti detailnya kami sampaikan,” ucapnya.
Video M saat belajar di lantai karena menunggak uang sekolah viral. Dalam video yang dilihat, Jumat (10/1/2025), terlihat siswa SD duduk di lantai dalam ruangan kelas. Kemudian perekam video yang ternyata orang tua siswa itu mempertanyakan soal itu kepada wali kelas yang saat itu sedang berada di ruangan belajar.
Demikian kami sampaikan informasi Tunggak SPP, Siswa SD Anak Tukang Bangunan Dipaksa Belajar di Lantai semoga bermanfaat.
Anda Ingin Melakukan Polling, Silahkan di PollingKita.com